Grobogan, RM. _
Sekilas nampak kecil dan tanpa menunjukan hal yang aneh
serta juga tidak menakutkan atau tidak terkesan anker bagi siapapun yang
melihat . Namun dibalik semua itu ternyata Rumah Kayu berbentuk Limasan (Rumah
adat Grobogan) tersebut merupakan Balai Desa satu-satunya yang terlawas di Grobogan Jawa Tengah . Meski
belum diketahui secara pasti tahun pendirian balai desa tersebut, Namun
prasasti brankas yang terletak di sebelah kiri kantor terdapat tulisan tahun
pembuatan brangkas 1953.
Konon Desa Jambon Kacamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
Jawa Tengah merupakan Centra Transportasi yaitu terwujud telah dibangunya Stasiun
Kereta API. Dan hingga sekarang masih tetap produktif untuk mengangkat ekonomi
masyarakat. Dengan adanya Stasiun, kemudian membuat para pedagang memanfaatkan
kereta Api sebagai sarana transportasi untuk memperlancar usaha dagang mereka. Sehingga
makin lama lokasi di seputaran menjadikan pusat para pedagang hingga sekarang
menjadi Pasar Desa Jambon.
Berawal dari itulah juga muncul gagasan para pemikir
Desa, diantaranya Kepala Desa (Kades) Pertama Wirorejo mempunyai gagasan
mendirikan Kantor Balai Desa (pendopo) guna mendukung kelancaran kerja mereka.
Hingga akhirnya berdirilah sebuah bangunan Kayu bentuk Limasan tersebut.
tepatnya lokasi Balai Desa Jambon sekitar 6 kilometer dari pasar Gatak jalan
Purwodadi-Kuwu menuju arah selatan.
Menurut Kaur Perencanaan Desa
Jambon Susilo Hartono, Rabu (19/7/2017) Pendopo
yang berukuran 12 x 14 meter tersebut bertiang jati dengan diameter 14 sentimeter dengan tinggi 5 meter. "Semua
masih utuh kecuali penampang tengah dan genteng. Adapun dinding, lantai, batang
usuk dan reng semua masih asli, termasuk brangkas penyimpanan surat penting dan
uang pajak. Dia berharap peninggalan bersejarah terus dilestarikan agar
mampu bertahan sampai generasi kedepan.
Masih menurut susilo bahwa, Pertama kali kepala desa yang
menjabat di Desa Jambon adalah Mbah
Wirorejo, dia merupakan orang sakti saat itu, hingga sering menyulitkan kompeni
Belanda saat hendak mendatangi kediamannya, rumah Lurah Wirorejo dan Balai
Pendopo bisa hilang dari pandangan Kompeni, berubah jadi hutan
belantara," tutur pria yang diangkat sebagai Kaur Perencanaan pada tahun
1983 tersebut.
Meskipun sakti, terpilihnya Lurah Wirorejo bukan melalui
aklamasi sekumpulan orang, namun saat itu sudah dilakukan pemilihan dengan
hitungan biting. " Dia merupakan kepala desa yang menjabat seumur hidup,
setelah wafat ia digantikan Soetomo pada tahun 1972 hingga 1988 selama dua
periode," imbuhnya. Dijelaskannya, dua pendapa yang berdiri megah di Balai
Desa Jambon sebelumnya hanya satu pendapa yang sebelumnya merupakan kantor
kelurahan. "Diakhir pemerintahan Kades Soetomo periode ke-2 tepatnya tahun
1987 dibangunlah pendapa bagian depan," paparnya.
Sementara itu Kaur Pembangunan Sugiyono menjelaskan, kebetulan tiap kepala desa yang menjabat di Jambon selalu meninggalkan kenangan berupa bangunan. "Kepala desa pertama meninggalkan pendapa lawas, ke-2 meninggalkan pendapa baru, ke-3 meninggalkan kantor baru, ke-4 meninggalkan bangunan pasar. Sugiyono juga berharap agar pemimpin kedepan tetap meninggalkan sejarah positif seperti sebelumnya dan bisa bermanfaat buat seluruhnya .gik
Sementara itu Kaur Pembangunan Sugiyono menjelaskan, kebetulan tiap kepala desa yang menjabat di Jambon selalu meninggalkan kenangan berupa bangunan. "Kepala desa pertama meninggalkan pendapa lawas, ke-2 meninggalkan pendapa baru, ke-3 meninggalkan kantor baru, ke-4 meninggalkan bangunan pasar. Sugiyono juga berharap agar pemimpin kedepan tetap meninggalkan sejarah positif seperti sebelumnya dan bisa bermanfaat buat seluruhnya .gik