Jakarta, RM. _
Strategi memenangkan pilkada rupanya amat terkait dengan Intelijen dan politik. Keduanya saling memengaruhi. Intelijen dapat digunakan untuk menjalankan politik negara. Di sisi lain, politik juga dapat berganti dan langgeng karena bantuan intelijen. Salah satun fenomena politik dan demokrasi yang ada di depan mata bangsa Indonesia adalah berlangsungnya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) secara serentak pada 2018, disusul oleh pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) pada 2019.
Buku Intelijen & Pilkada: Pendekatan Strategis Menghadapi Dinamika Pemilu karya Stepi Anriani ini dipersembahkan bagi sdmua lapisan. Terutama yang mau ikut pilkada. Maka menurut penulis, mencermati catatan pilkada serentak tahun 2015 maupun 2018 muncul Fenomena baru seperti kekuatan media sosial dan generasi Millennial juga harus direspons oleh para kontestan pemilu agar dapat berkampanye dengan efektif. '' Medsos telah menjadi arena baru kampanye sekaligus wadah bagi propaganda. Salah satu penyakit pilkada adalah money politic atau politik uang,''ungkap Stepi.
Untuk mengetahui lebih dalam buku Intelijen & Pilkada: Pendekatan Strategis Menghadapi Dinamika Pemilu, Stepi Anriani menggelar Diskusi dan Peluncuran Buku Intelijen & Pilkada: Strategi Pilkada dengan Pendekatan Intelijen yang diselenggarakan Selasa, (3 /4/2018) di Function Room Gramedia Matraman Lt. 2. Jl. Matraman Raya No.46-48, Matraman, Jakarta Timur
Dalam bedah buku tersebut hadir selaku Pembicara antaranya: Stepi Ariani, Penulis Buku Intelijen & Pilkada: Pendekatan Strategis Menghadapi Dinamika Pemilu, Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) (2008-2013),
Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Anggota KPU (2012-2017), Effendit Gazali, Ph.D., MPS ID, Pakar Komunikasi Politik UI. hrn rm